PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN LETAK SUNGSANG DI
RSUD BANGKINANG
TAHUN 2013

NAMA : NISMA
OKTORINA
NIM :
1115-401045
PROGRAM
STUDI DIII KEBIDANAN
STIKes TUANKU TAMBUSAI RIAU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembagunan kesehatan dilaksanakan
pada segala bidang. Tujuan pambangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2015
adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata diseluruh Wilayah Republik Indonesia dan dapat
mewujudkan bangsa yang mandiri maju dan sejahtera ( Depkes RI, 2012).
Kesehatan adalah suatu keadaan
sejahtera sempurna yang lengkap, meliputi kesejahteraan fisik, mental sosial
bukan hanya semata-mata bebas dari penyakit. Selain itu, orang dengan kesehatan
yang baik adalah apabila seorang mampu produktif. Sedangkan sehat adalah
keadaan dimana seorang diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan apapun
tidak terdapat tanda-tanda penyakit kelainan (wahid, 2009)
Upaya dalam meningkatkan kualitas
kesehatan penduduk dalam pencapaian peningkatan produktivitas dan kesejahteraan
umum maka untuk mencapai hal tersebut pembagunan kesehatan pada dewasa ini
diajukan pada peningkatan pemerataan mutu pelayanan dengan memberikan pelayanan
yang profesional dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu bersalin dan
anak ( Prawirohardjo,2003)
Kematian maternal adalah kematian wanita
sewaktu hamil, melahirkan, atau dalam 42
hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi
kehamilan, di sebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau
penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh
penyebab tambahan lainnya ( Prawirohardjo, 2007)
Kematian maternal dan neonatal
merupakan masalah besar khususnya di negara yang sedang berkembang. Sekitar
98-99% kematian maternal dan perinatal terjadi di negara berkembang, sedangkan
dinegara maju hanya 1-2%. Sebenarnya sebagian besar kematian tersebut masih
dapat dicegah apabila mendapat pertolongan pertama yang adekuat ( Manuaba,
2007)
Menurut World Health Organization
( WHO) menengaskan setiap tahun sejumlah 358.000 ibu meninggal saat bersalin di
mana 355.000 ( 99%) berasal dari negara berkembang. Rasio Angka Kematian Ibu (AKI)
di Negara berkembang merupakan peringkat tertinggi dengan 290 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio Angka Kematian Ibu (AKI)
di negara maju yaitu 14 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup ( WHO, 2010). Semakin tinggi Angka Kematian Ibu (AKI),
maka semakin tinggi pula angka kematian bayi (AKB) Sekitar 4 juta pertahun bayi
meninggal pada bulan pertama kehidupan. Seperempat dari mereka meninggal dalam
24 jam kehidupan dan 75% pada minggu pertama kehidupan ( depkes RI 2011).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) Tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Idonesia meningkat
dari 228 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2012 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup
sedangkan pada tahun 2007 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34
kematian per 1.000 kelahiran hidup dan di Tahun 2012 menjadi 32 per 1.000
kelahiran hidup.
Angka kematian bayi
(AKB) di Indonesia terjadi penurunan dari tahun ketahun akan tetapi bila di
bandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara AKB masih di katakan cukup
tinggi. AKB di indonesia ( 35 per 100 kelahiran hidup ) adalah 4,6 kali lebih
tinggi daripada Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Pilipina dan 1,8 kali
lebih tinggi dari Thailand ( Dinkes, 2010).
Angka Kematian Ibu
(AKI) di Provinsi Riau 2008 adalah 210 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan
tahun 2009 sebanyak 234 per 100.000 kelahiran hidup. Selanjutnya, Angka
Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Riau Tahun 2008 sebanyak 10,85/1000 kelahiran
hidup dan Tahun 2009 11,9/1000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan Audit
Maternal Perinatal (AMP) yang diterima dari kabupaten/kota terjadi kenaikan AKI
dan AKB dari Tahun 2008 ke Tahun 2009 ( Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2010).
Berdasarkan laporan
Audit Maternal yang diterima dari kabupaten /kota, Angka Kematian Ibu (AKI) di
Propinsi Riau meningkat dari 109,9 per
100.000 kelahiran hidup pada Tahun 2010 menjadi 122,1 per 100.000 kelahiran
hidup pada Tahun 2011 ( Profil Dinkes Riau,2012). Sedangkan rasio kematian
maternal pada Tahun 2011 di kabupaten
Kampar sebesar 64 per 100.000 kelahiran hidup ( Profil Dinkes Kabupaten Kampar,2012).
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia dan negara-negara lainnya di dunia hampir
sama, diantaranya akibat perdarahan (25%), infeksi (14%) kelainan hipertensi
dalam kehamilan (13%), letak sungsang (13%) serta akibat persalinan yang lama
(7%) ( nugraha,2007)’
Kejadian letak sungsang
pada janin aterm kira-kira 3%, jauh lebih tinggi pada permulaan masa kehamilan
kira-kira 40% daripada kehamilan sebelum 28 miggu antara 17 sampai 31 minggu.
Janin letak bokong berada pada resiko morbilitas dan mortalitas prenatal yang
lebih tinggi tidak hanya akibat partus tetapi juga karena presentasi ( william,
2007)
Dalam persalinan
terdapat beberapa presentasi di antaranya : presentasi kepala 96,8%, letak
sungsang 2,7%, letak lintang 0,3%, letak muka
0,05% dan letak dahi 0,01%. letak
sungsang terjadi pada 25% persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, 7% persalinan sungsang
terjadi pada umur kehamilan 32 minggu dan 1,3% persalinan sungsang yang terjadi
pada kehamilan aterm ( Lutfyah,2013).
Letak sungsang
merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri tipe letak sungsang
yaitu : frank breech (50;70%) yaitu kedua tungkai fleksi complete breech
(5;10%) yaitu tungkai atas lurus keatas , tungkai bawah ekstensi, footling (10,30%)
yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi presentasi kaki. Penyebab letak
sungsang yaitu terdapat plasenta previa, keadaan janin, keadaan air
ketuban, keadaan kehamilan, keadaan
uterus, keadaan dinding abdomen, keadaan tali pusat ( manuaba, 2007).
Banyak faktor yang
menyebabkan kelainan letak sungsang, diantaranya umur ibu, paritas ibu, bentuk
panggul ibu, jarak kehamilan dan riwayat kehamilan sungsang.
Pada paritas > 3 keadaan rahim ibu
sudah tidak seperti rahim yang pertama kali melahirkan sehingga ketika ibu
hamil dengan paritas > 3, maka janin ibu tersebut akan lebih aktif bergerak
sehingga posisi janin tersebut menjadi tidak normal dan dapat menyebabkan
terjadinya letak sungsang ( cunningham F.G. 2005). Angka kejadian letak
sungsang jika di hubungkan dengan paritas pada ibu maka kejadian terbanyak
adalah dengan grandemultipara dibanding pada primigravida. Pada primipara (1)
merupakan aman di tinjau dari sudut kematian maternal dan paritas tinggi (lebih
dari 3) mempunyai angka kejadian kehamilan letak sungsang ( Prawirohardjo,2005)
Kejadian letak sungsang
pada ibu primipara mempunyai risiko 14% akan terjadi letak sungsang. Risiko
yang akan terjadi pada multipara 24%% akan terjadi kehamilan letak sungsang. Pada
ibu grandemultipara 30% risiko yang akan terjadi (indiarti,2007). Karena ibu
yang grandemultipara rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang
besar untuk berputar hingga minggu ke 37 dan seterusnya (Wardoyo, 2007). Jumlah
kasus letak sungsang dapat di lihat pada tabel :
Tabel 1.1 : Jumlah Kasus Obstretri di RSUD Bangkinang
Tahun 2012
NO
|
Jenis Penyakit
|
Tahun 2012
|
Presentasi
|
1
|
Post date
|
85
|
17,13%
|
2
|
preeklamsia
|
82
|
16,53%
|
3
|
CPD
|
70
|
14,11%
|
4
|
Ketuban pecah
dini
|
55
|
11,08%
|
5
|
Partus tak maju
|
49
|
9,87%
|
6
|
letak
sungsang
|
39
|
7,86%
|
7
|
KJDK
|
27
|
5,44%
|
8
|
Retensio
plasenta
|
22
|
4,43%
|
9
|
kelahiran
prematur
|
21
|
4,23%
|
10
|
Fetal distres
|
13
|
2,62%
|
11
|
HPP
|
13
|
2,62%
|
12
|
letak lintang
|
7
|
1,41%
|
13
|
Gamely
|
7
|
1,41%
|
14
|
Plasenta previa
|
4
|
0,80%
|
15
|
Ruptur perineum
|
2
|
0,40%
|
|
Jumlah
|
496
|
100%
|
Tabel 1.2 :
Jumlah Kasus Obstretri di RSUD
Bangkinang Tahun 2013
NO
|
Jenis Penyakit
|
Tahun 2013
|
Presentase
|
1
|
CPD
|
45
|
15,46%
|
2
|
Letak
sungsang
|
42
|
14,43%
|
3
|
Pre-eklampsia
berat
|
34
|
11,68%
|
4
|
Ketuban pecah
dini
|
30
|
10,31%
|
5
|
partus tak maju
|
22
|
7,56%
|
6
|
fetal distres
|
21
|
7,22%
|
7
|
Gamely
|
18
|
6,19%
|
8
|
letak lintang
|
13
|
4,47%
|
9
|
kelahiran
prematur
|
12
|
4,12%
|
10
|
Retensio
plasenta
|
11
|
3,78%
|
11
|
post date
|
11
|
3,78%
|
12
|
KJDK
|
10
|
3,44%
|
13
|
hipertensi
|
9
|
3,09%
|
14
|
plasenta previa
|
8
|
2,75%
|
15
|
HPP
|
5
|
1,72%
|
|
Jumlah
|
291
|
100%
|
Berdasarkan data yang
di peroleh penulis dari RSUD Bangkinang di dapat data kejadian letak sungsang
pada tahun 2012 kejadian letak sungsang berada pada urutan keenam, Sedangkan
pada tahun 2013 terjadi peningkatan yaitu pada urutan kedua.
Berdasarkan tabel 1.1
dan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan dari tahun 2012 ke tahun
2013, di mana pada tahun 2012 yaitu kejadian letak sungsang sebanyak 39 kasus yaitu
(7,86 %), sedangkan pada tahun 2013 yaitu kejadian letak sungsang sebanyak 42
kasus yaitu (14,43%).
Dimana angka kejadian
letak sungsang makin tinggi, jelas memberikan gambaran bahwa masalah letak
sungsang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik dari tenaga
kesehatan oleh ibu yang mengalami kehamilan letak sungsang.
Berdasarkan data di atas
peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Paritas dengan Kejadian Letak
Sungsang di RSUD Bangkinang Tahun 2013”
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka
dapat dirumuskan masalah pada penelitian
ini adalah : “Bagaimanakah Hubungan Paritas dengan Kejadian Letak Sungsang di
RSUD Bangkinang tahun 2013 “?
C.
Tujuan
1.
Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian letak sungsang di RSUD Bangkinang tahun 2013
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui
distribusi frekuensi kejadian letak sungsang di RSUD Bangkinang tahun 2013.
b. Untuk mengetahui distribusi
frekuensi kejadian letak sungsang berdasarkan paritas di RSUD Bangkinang tahun
2013.
c. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan
kejadian letak sungsang
D. Mamfaat Penelitian
1.
Aspek Teoritis
Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti tentang hubungan Umur
dan Paritas Dengan Kejadian letak sungsang dan mengaplikasikan ilmu yang di dapat
dalam rangka mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
2. Aspek Praktis
Penelitian ini di dapat diharapkan memberi masukan
bagi institusi pendidikan dan penelitian dalam mengembangkan ilmu yang di dapat
sesuai dengan teori dan praktek di lapangan khususnya dalam ruang lingkup
kebidanan.
BAB II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
A.Letak Sungsang
1. Pengertian
Presentasi
bokong adalah suatu keadaan yang terjadi di mana bokong atau tungkai janin sebagai bagian terendah di dalam panggul
ibu. Insiden dari presentasi bokong adalah 3% dari semua persalinan.( fadlun,2011)
Letak sungsang
merupakan justru kepala yang bagian terbesar bayi akan lahir terakhir (
manuaba,2010)
Letak sungsang
merupakan letak longitudinal dengan bokong janin dikutub bawah uterus ( maureen
boyle, 2007)
Letak sungsang
merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. ( sarwono. 2006)
Letak sungsang adalah memanjang
dengan bokong sebagai bagian yang terendah ( presentasi bokong) (sastrawinata
,2004).
2. Klasifikasi
a. Presentasi bokong murni ( frank
breech)
1) Kedua paha janin berfleksi
2) Kedua tungkai berekstensi pada lutut
b. Presentasi bokong kaki /lengkap (complete breech)
1) Kedua paha janin berfleksi
2) Satu atau kedua lutut difleksikan
c. Presentasi
kaki/lutut (incomplete breech)
1) Satu atau kedua paha janin berekstensi
2) Satu atau kedua lutut atau kaki terletak di
bawah panggul/keluar dari jalan lahir.
Dari ketiga jenis
presentasi bokong, maka presentasi bokong murni yang paling sering dijumpai
yaitu sekitar 65% pada gestasi cukup bulan, 25% presentasi lengkap, dan hanya
10% presentasi tidak lengkap. (fadlun, 2011).
3. Diagnosis
Pergerakan anak
teraba di bagian perut bawah, di bawah pusat, dan ibu sering merasa benda keras
(kepala) mendesak tulang iga. Sering kali wanita tersebut menyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain daripada kehamilan yang terdahulu karena terasa penuh
di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah.
a. Pemeriksaan abdominal
Pemeriksaan
abdominal, biasanya dengan pemeriksaan leopold 1, kepala janin yang keras, dan
dapat diraba dengan balotement karena sudah menempati bagian fundus uteri. Perasat
leopold 11, menunjukkan punggung sudah berada pada satu sisi abdomen dan
bagian-bagian kecil berada pada sisi yang lain. Pada perasat leopold 111, bila
engagement belum terjadi – diameter intertrokanterika panggul janin belum
melewati pintu atas panggul. Setelah terjadi engagement, perasat leopold IV
menunjukkan posisi bokong yang mapan di bawah simfisis.
Bunyi jantung
terdengar pada punggung anak setinggi pusat. Suara jantung janin biasanya terdengar
paling keras di daerah sedikit di atas umbilikus, sedangkan bila telah terjadi
engagement kepala janin,suara jantung terdengar paling keras di bawah
umbilikus.
b. Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan
dalam teraba 3 tonjolan tulang, yaitu tubera
ossis ischii dan ujung os sakrum, os sakrum dapat dikenal sebagai tulang
yang meruncing dengan deretan prosesus spinosus di tengah-tengah tulang tersebut.
Pada bagian diantara 3 tonjolan tulang tersebut dapat di raba anus dan
genetalia anak, tetapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan jika edema
tidak terlalu besar.
c. Pemeriksaan USG
USG idealnya
digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong, bila mungkin
untuk mengidentifikasi adanya anomali janin. USG dilakukan pada usia kehamilan
32-34 minggu yang berguna baik untuk menengakkan diagnosis maupun untuk
memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu. ( Fadlun, 2011)
4. Etiologi
a. Multiparitas
b. Prematuritas
karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak,
dan kepala janin relatif besar.
c. Hidramnion karena janin mudah bergerak
d. Plasenta previa karena menghalangi turunnya
kepala janin ke dalam pintu atas panggul.
e. Kelainan bentuk kepala seperti anensefalus dan
hidrosefalus karena keduanya dapat memengaruhi bentuk fungsi atau gerakan janin
(kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul).
f. Penyebab
lain seperti : anomali rahim, kehamilan ganda ,panggul sempit,dan tumor pelvis.
(Achmad feryanto,2011)
5. Pimpinan Persalinan Sungsang
Pertolongan persalinan letak sungsang
secara fisiologis dilakukan menurut
metode brach. Kegagalan pertolongan secara brach diikuti oleh persalinan
dengan ekstraksi bokong parsial yang dapat menimbulkan komplikasi.
Pertolongan per vagina
a. Persalinan menurut metode Brach.
Persalinan
Brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali His dan mengejan, sedangkan
penolong membantu melakukan hiperlordosis. Teknik melakukan hiperlordosis
adalah sebagai berikut:
1) Saat
bokong tampak di suntikkan oksitosin 5
unit.
2) Setelah
bokong lahir, bokong di pegang secara brach ( kedua ibu jari pada kedua paha bayi, dan keempat jari
kedua tangan lainnya memengang bokong
bayi).
3) Dilakukan
hiperlordosis dengan melengkungkan bokong ke atas perut ibu.
4) Seorang
membantu melakukan tekanan kristeller pada fundus uteri, saat his dan mengejan.
5) Akan
lahir berturut-turut dagu, mulut, hidung, muka dan kepala bayi
6) Bayi
diletakkan di perut ibu untuk pemotongan tali pusat dan selanjutnya dirawat
sebagaimana mestinya.
Ekstraksi bokong parsial. Persalinan dengan ekstraksi bokong parsial
berarti bahwa : persalinan bokong sampai umbilikus berlangsung dengan kekuatan
sendiri, terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala. Dilakukan persalinan
bantuan dengan jalan : secara brach, secara muller, dan loeuset.
b. Persalinan menurut metode klasik
pertolongan
ekstraksi bokong secara klasik. Teknik ekstraksi bokong parsial, secara klasik
dilakukan sebagai berikut:
1) Tangan memegang bokong dengan telunjuk pada
spina iskiadika anterior superior.
2) Tarik curam ke bawah sampai ujung skapula
tampak.
3) Badan anak dipegang sehingga perut anak didekatkan
ke perut ibu, dengan demikian kedudukan bahu belakang menjadi lebih rendah.
4) Tangan lainnya menelusuri bahu belakang sampai
mencapai persendian siku.
5) Tangan belakang dilahirkan , dengan mendorong
persendian siku menelusuri badan bayi.
6) Selanjutnya badan anak dipegang demikian rupa,
sehingga punggung anak mendekati panggul ibu.
7) Tangan lainnya menelusuri bahu depan, menuju
persendian siku, selanjutnya lengan atas dilahirkan dengan dorongan pada
persendian siku.
8) Persalinan kepala dilakukan sebagai berikut :
badan anak seluruhnya di tunggangkan pada tangan kiri. Jari tengah dimasukkan
kedalam mulut bayi, untuk mempertahankan situasi fleksi. Dua jari lain menekan pada os
maksilaris, untuk membantu fleksi kepala. Tangan kanan memegang leher bayi,
menarik curam ke bawah sehingga
suboksiput berada di bawah simfisis sebagai hipomoklion. Kepala bayi
dilahirkan dengan melakukan tarikan tangan kanan, sambil melakukan putaran ke
arah perut ibu. Berturut-turut lahir, dagu, mulut, muka dan kepala seluruhnya.
Setelah bayi lahir diletakkan di atas perut ibu, tali pusat dipotong, lendir
dibersihkan , dan selanjutnya dirawat sebagaimana mestinya.
c.
Persalinan menurut metode mueller
Persalinan
ekstraksi bokong parsial menurut mueller. Persalianan ekstraksi bokong parsial
menurut mueller tidak banyak mempunyai perbedaan dengan ekstraksi “klasik”.
Perbedaan terletak pada persalinan lengan depan dilakukan terlebih dahulu
dengan jalan :
1) Punggung bayi diletakkan ke punggung ibu,
sehingga skapula tampak.
2)
Tangan
lainnya menelusuri bahu depan menuju lengan atas, sampai persendian siku untuk
melahirkan lengan atas.
3)
Perut bayi
didekatkkan ke perut ibu, tangan lain menelusuri bahu belakang sampai
persendian siku, dan selanjutnya lengan belakang dilahirkan.
4)
Persalinan
kepala dilakukan menurut teknik mauriceau.
5)
Setelah
bayi lahir , tali pusat di potong dan dibersihkan untuk dirawat sebagaimana
mestinya.
d. Persalinan menurut metode loevset
Pertolongan
persalinan bahu menurut loevset. Konsep teknik loevset untuk melahirkan bahu
berdasarkan :
1)
Perbedaan
panjang jalan lahir depan dan belakang.
2)
Bahu depan
yang berada di bawah simfisis bila diputar menjadi bahu belakang kedudukannya
menjadi lebih rendah sehingga otomatis terjadi persalinan.
3)
Bahu
belakang setelah putaran 90% menjadi bahu depan, kedudukannya menjadi lebih
rendah sehingga secara otomatis terjadi persalinan.
4)
Pada waktu
melakukan putaran di sertai tarikan sehingga kedua bahu dapat dilahirkan
5)
Persalinan
kepala dapat dilakukan dengan tekik maurieau.
e. Persalinan menurut metode mauriceau
Pertolongan
persalinan kepala menururt mauriceau-veit smellie. Bila terjadi kegagalan
persalinan kepala dapat dilakukan pertolongan secara mauriceau ( viet smellie)
1)
Badan anak
ditunggangkan pada kaki kiri
2)
Tali pusat
di longgarkan
3)
Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut bayi, dua lain diletakkan pada tulang pipi
serta menekan ke arah badan bayi sehingga fleksi kepala dapat dipertahankan.
4)
Tangan
kanan memegang leher bayi, menarik curam ke bawah sampai suboksiput sebagai
hipomoklion, kepala bayi di putar ke atas sehingga berturut-turut lahir dagu,
mulut, hidung, mata, dahi, kepala bayi seluruhnya.
Persalinan plasenta
Persalinan
plasenta bergantung apakah persalinan sungsang memakai narkosa atu tidak. Pada
kasus tanpa narkosa dapat dilakukan menunggu tanda plasenta lepas atau melakukan
tes plasenta lepas dengan metode Kustner, Klein, Strasmann, Manuaba. Dengan
indikasi perdarahan, plasenta dilahirkan secara manual. Setelah plasenta lahir
diberikan uterotronika : matergin, ergometrin, sintosinon, oksitosin. Pada
kasus persalinan dengan narkosa, dilakukan plasenta manual untuk mengatasi
perdarahan diberikan uterotronika. Setelah persalinan plasenta, diperlukan
observasi 2 jam post partum untuk melihat kemungkinan komplikasi dini. (
manuaba, 2010)
- Prognosis
Bagi ibu pada letak sungsang tak banyak berbeda
dengan prognosis pada letak kepala, mungkin ruptura perineum lebih sering
terjadi. Sebaliknya, prognosis bagi anak dengan letak sungsang, lebih buruk
terutama jika anaknya besar dan ibunya seorang primigravida.
Kematian anak
lebih kurang 14%. Jika kematian karena prematuritas dikurangi, kematian anak
dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih besar daripada kematian letak kepala.
Penyebab
kematian anak pada letak sungsang
a. Setelah pusat lahir, kepala anak mulai masuk
kedalam rongga panggul sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga
panggul. Diduga bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit, sesudah pusat lahir
supaya anak dapat lahir dengan selamat.
b. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan
otak karena kepala dilahirkan dengan cepat.
c. Dapat terjadi kerusakan tulang belakang karena
tarikan badan anak.
d. Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali
pusat menumbung karena bagian depan anak kurang lebih menutup bagian bawah
rahim.
Selain itu,
angka kesakitan pada bayi juga tinggi karena mungkin terjadi fraktur dari
humerus atau klavikula pada waktu melahirkan lengan, paralisis lengan karena
tekanan atau tarikan pada pleksus brakialis pada waktu melahirkan kepala dengan
cara mauriceau. ( satrawinata, 2004)
7. Komplikasi letak sungsang
Komplikasi yang terjadi pada ibu
dan janin adalah sebagai berikut :
a. Komplikasi pada ibu
Perdarahan,
robekan jalan lahir, dan infeksi
b. Komplikasi pada bayi
1) Asfiksia bayi. Dapat disebabkan oleh
a) Kemacetan persalinan kepala : aspirasi air ketuban
–lendir
b) Perdarahan atau edema jaringan lunak
c) Kerusakan medula oblongata
d) Kerusakan persendian tulang leher
e) Kematian bayi karena asfiksia berat
2) Trauma persalinan
a) Dislokasi-fraktur persendian, tulang
ekstremitas
b) Kerusakan alat vital: limpa, hati, paru-paru
atau jantung
c) Diskolasi fraktur persendian tulang leher:
fraktur tulang dasar kepala, fraktur tulang kepala, kerusakan pada mata,
hidung, atau telinga, kerusakan pada jaringan otak.
3) infeksi dapat terjadi karena
a) Persalinan berlangsung lama
b) Ketuban pecah pada pembukaan kecil
c) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam ( manuaba,
2010)
8. Penatalaksanaan
Pertolongan
persalinan letak memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi
kesakitan, cacat bawaan sampai dengan kematian bayi. Menghadapi kehamilan letak
sungsang dapat diambil tindakan melakukan versi luar ketika hamil. Persalinan
diselesaikan dengan pertolongan per vagina dengan pertolongan fisiologis secara
Brach, ekstraksi parsial (secara klasik, mueller, loevest), persalinan kepala
(secara maurieau veit smellie, menggunakan forsep eksrtraksi), ekstraksi bokong
totalis (ekstraksi bokong, ekstraksi kaki) atau pertolongan persalinan dengan
seksio sesaria. ( manuaba, 2010)
9. Penanganan
Dalam
Kehamilan
Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan
dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk itu bila pada waktu pemeriksaan
antenatal di jumpai letak sungsang, terutama pada primigravida, hendaknya
diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala. Versi luar sebaiknya
dilakukan pada kehamilan antara 34 dan 38 minggu. Pada umumnya versi luar
sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan, karena kemungkinan besar janin
masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit
untuk berhasil karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah
berkurang.
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis
letak janin harus pasti, sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan
baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus dikeluarkan lebih dahulu dari
rongga panggul, tindakan ini dilakukan dengan meletakkan jari-jari kedua tangan
penolong pada perut ibu bagian bawah untuk mengangkat bokong janin. Kalau
bokong tidak dapat dikeluarkan dari panggul, usaha untuk melakukan versi luar
tidak ada gunanya. Setelah bokong keluar dari panggul, bokong ditahan dengan
satu tangan, sedang tangan yang lain mendorong kepala ke bawah sedemikian rupa,
sehingga felksi tubuh bertambah. Selanjutnya kedua tangan bekerja sama untuk
melaksanakan putaran janin menjadi presentasi kepala. Selama versi dilakukan dan
setelah versi luar berhasil denyut jantung janin harus selalu di awasi. Sesudah
janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk kedalam
rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan yang ringan
tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak ada gunanya dicoba bila air ketuban terlalu
sedikit, karena usaha tersebut tidak akan berhasil.
Dalam
persalinan
Untuk
melahirkan bahu dan kepala dalam proses persalinan dapat dipilih beberapa
tindakan/perasat yaitu sebagai berikut :
Pada perasat Bracht
a. Bokong dan pangkal paha janin yang telah lahir
dipegang dengan 2 tangan.
b. Kemudian dilakukan hiperlordosis tubuh janin ke
arah perut ibu.
c. Sehingga lambat laun badan bagian atas, bahu,
lengan dan kepala janin dapat dilahirkan.
d. Pada perasat Bracht ini penolong sama sekali
tidak melakukan tarikan dan hanya membantu melakukan proses persalinan sesuai
dengan mekanisme persalinan letak sungsang. Tetapi perlu diingat bahwa dengan
perasat Bracht tidak selalu bahu dan kepala berhasil dilahirkan, sehingga untuk
mempercepat kelahiran bahu dan kepala dilakukan manual aid atau manual hilfe.
Pengeluaran lengan dengan cara klasik
a. Lengan kiri janin di lahirkan dengan tangan
kiri penolong
b. Sedangkan
lengan kanan janin di lahirkan dengan tangan kanan penolong
c. Kedua lengan di lahirkan sebagai lengan
belakang
d. Bokong dan pangkal paha yang telah lahir
dipegang dengan 2 tangan
e. badan di
tarik ke bawah sampai ujung bawah skapula dengan kelihatan di bawah simfisis
f. Kedua
kaki janin di pegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan yang akan
dilahirkan
g. Tubuh janin ditarik keatas, sehingga perut
janin ke arah perut ibu, tangan penolong yang satu di masukkan ke dalam jalan
lahir dengan menelusuri punggung janin menuju ke lengan belakang sampai fosa
kubiti
h. Dua jari tangan tersebut ditempatkan sejajar
dengan humerus dan lengan belakang janin dikeluarkan dengan bimbingan jari-jari
tersebut
i. Untuk
melahirkan lengan depan, dada dan punggung janin di pegang dengan kedua tangan
j. Tubuh
janin di putar untuk mengubah legan depan supaya berada di belakang dengan arah
putaran demikian rupa sehingga punggung melewati simfisis
k. Kemudian lengan yang sudah berada di belakang
tersebut di lahirkan dengan cara yang sama. Cara klasik tersebut terutama
dilakukan apabila lengan depan menjungkit ke atas atau berada di belakang leher
janin. Karena memutar tubuh dapat
membahayakan janin, maka bila lengan depan letaknya normal, cara klasik dapat
dilakukan tanpa memutar tubuh janin, sehingga lengan kedua tetap dilahirkan
sebagai lengan depan
l. Kedua
kaki dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan depan untuk menarik
tubuh janin ke bawah sehingga punggung janin mengarah ke bokong ibu
m. Tangan yang lain menelusuri punggung janin
menuju ke lengan depan sampai fossa kubiti dan lengan depan dikeluarkan dengan
dua jari yang sejajar dengan humerus
Lengan dikeluarkan dengan cara Mueller.
a. Dengan kedua tangan pada bokong dan pangkal
paha
b. Tubuh janin di tarik ke bawah sampai bahu depan
berada di bawah simfisis
c. Kemudian lengan depan dikeluarkan dengan cara
yang kurang lebih sama dengan cara yang telah di uraikan di depan, sesudah itu baru
lengan belakang dilahirkan
Melahirkan kedua bahu dilakukan
dengan cara loevset.
a. Bahu belakang janin selalu berada lebih rendah
daripada bahu depan karena lengkungan jalan lahir
b. Sehingga bila bahu belakang di putar ke depan
dengan sendirinya akan lahir di bawah simfisis
c. Setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran
muka belakang, dengan kedua tangan pada bokong
d. Tubuh janin di tarik ke bawah sampai ujung
bawah skapula dengan terlihat di bawah di simfisis
e. Kemudian tubuh janin diputar dengan cara
memegang dada dan punggung oleh dua tangan sampai bahu belakang terdapat di
depan dan tampak di bawah simfisis
f. Dengan
demikian lengan depan dapat dikeluarkan dengan mudah. Bahu yang lain yang
sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali tubuh janin
ke arah yang berlawanan, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan lengan
dapat di lahirkan dengan mudah
Kepala
janin dapat dilahirkan dengan cara Mauriceau.
a.
badan
janin dengan perut ke bawah diletakkan pada lengan kiri penolong
b.
Jari
tengah di masukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari manis
pada maksilla, untuk mempertahankan supaya kepala janin tetap dalam keadaan
fleksi
c.
Tangan
kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan jari tengah
berada di sebelah kiri dan kann leher
d.
Janin di
tarik ke bawah dengan tangan kanan sampai suboksiput atau batas rambut di bawah
simfisis
e.
Kemudian
tubuh janin di gerakkan ke atas, sedangkan tangan kiri tetap mempertahankan
fleksi kepala
f.
Sehingga muka lahir melewati perineum, di
susul oleh bagian kepala yang lain
Perlu di tekankan disini, bahwa
tangan kiri tidak boleh ikut menarik janin,
karena dapat menyebabkan perlukaan pada mulut dan muka janin.
10. Intervensi
bidan
Bidan yang menghadapi kehamilan dan
letak sungsang sebaiknya :
1.
Melakukan
rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapat petunjuk
kepastian posisi bayi dalam rahim.
2.
Bila masih
ada kesempatan , melakukan rujukan penderita kerumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan persalinan yang optimal.
3.
Bila
terpaksa, melakukan pertolongan persalianan letak sungsang sebaiknya bersama
dokter puskesmas atau dokter keluarga.
4. Ibu perlu diberikan KIE dan motivasi serta
melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk informed
consent (manuaba, 2010)
B.
Hubungan
Paritas Dengan Kejadian Letak Sungsang
Paritas adalah
jumlah persalinan yang pernah di alami
wanita tanpa memperhatikan hasil konsepsi tersebut hidup atau mati. Paritas
yang sudah melahirkan bayi lebih dari 2 atau 3 merupakan paritas yang paling
aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas yang sudah melahirkan bayi
lebih dari 3 memiliki angka kematian lebih tinggi. Ibu yang meninggal saat atau
setelah melahirkan antara lain disebabkan oleh tingginya paritas yaitu telah
mempunyai anak sebanyak 4 orang atau lebih.
Klasifikasi paritas antara lain:
1. Primipara : dengan paritas 1 kali
2. Multipara : dengan paritas 2-3 kali
3. Grandemulripara
: dengan paritas 4 kali atau lebih
Seorang ibu
yang sering hamil ataupun melahirkan mempunyai resiko lebih tinggi di bandingkan
dengan ibu yang tidak sering melahirkan, karena semakin banyak jumlah kehamilan
dan jumlah kelahiran yang di alami ibu semakin tinggi resiko untuk mengalami
komplikasi kehamilan dan persalinan. Kehamilan letak sungsang dapat terjadi
pada ibu dengan paritas tinggi dikarenakan rahim sudah sangat elastis dan
membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan
sseterusnya ( varney,2007)
Kehamilan letak
sungsang akan meningkat kejadiannya pada
ibu dengan paritas grandemultipara. Ini terjadi karena kehamilan terlalu sering dapat menyebabkan uterus menjadi lebih
luas sehingga terjadilah kehamilan letak sungsang ( manuaba,2008)
Pada paritas
> 3 keadaan rahim ibu sudah tidak seperti rahim yang pertama kali
melahirkan. Sehingga ketika ibu hamil dengan paritas >3, maka janin ibu
tersebut akan lebih aktif bergerak sehingga posisi janin tersebut menjadi tidak
normal dan dapat menyebabkan terjadinya letak sungsang ( cunningham F G ,2005)
Pada paritas
tinggi ruang segmen bawah rahim semakin luas dan dapat menyebabkan terjadinya
oligohidramnion sehingga mekanisme penempatan bokong bayi tidak bisa normal,
hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya letak sungsang (
manuaba, 2008)
C. Kerangka
Konsep
Kerangka
konsep adalah suatu hubungan antara konsep (variabel) suatu terhadap konsep
atau variabel yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (notoadmodjo, 2005)
Kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Skema 2.1 : Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel
Dependen
|
|||||
|
|||||
![]() |
|||||
D. Hipotesis
Ha. Ada
hubungan paritas dengan kejadian letak sungsang di RSUD Bangkinang Tahun 2013
E. Penelitian
terkait
Penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi (2009),dengan judul “
Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Hamil
Dengan Kejadian Letak Sungsang Di RSUD Ambarawa”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan paritas dan umur ibu hamil dengan kejadian letak
sungsang di RSUD Ambarawa tahun 2009, jenis penelitian ini adalah kuantitatif
dengan populasi adalah semua ibu hamil di RSUD Ambarawa, adapaun sampel pada
penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik rendom sampling secara acak
dengan jumlah sampel 276 orang. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah univariate dan bivariate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari letak
sungsang banyak terjadi pada kelompok umur yang beresiko 84 ( 30,4%) yang tidak
beresiko 73 (26,5%). Variabel paritas, terlihat bahwa yang beresiko mengalami
letak sungsang 86 (31,2%), yang tidak mengalami letak sungsang 71 (25,7%).
Adapun persamaaan penelitian antara penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi
dengan peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti paritas . Sedangkan
perbedaannya, jumlah sampel Ratna Dewi 276 orang sedangkan peneliti mempunyai
sampel 55 orang.
2. Penelitian yang dilakukan oleh
Rifmaini (2009), dengan judul “Gambaran Persalinan Sungsang di Ruang Camar 1
RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru Tahun 2009”.Jenis penelitian ini adalah
deskriptif dengan populasi adalah ibu
yang mengalami persalinan letak sungsang, adapun sampel dalam penelitian ini adalah
total populasi yang berjumlah 170 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari persalinan letak sungsang banyak terjadi pada kelompok umur resiko rendah
(20-35) yaitu sebanyak 142 ibu (83,53%) dan pada umur kelompok resiko tinggi
(<20 dan >35) sebanyak 28 ibu (16,47%). Variabel paritas, terlihat bahwa
multipara resiko yang tinggi yaitu sebanyak 73 ibu (42,94). Dan paritas yang
primipara juga resiko tinggi yaitu 68 ibu (40,00). Dan pada ibu resiko rendah
grandemultipara yaitu sebanyak 29 ibu (17,06). Variabel usia kehamilan,
terlihat bahwa kehamilan aterm resiko tinggi yaitu sebanyak 143 ibu (84,12).
Dan pada kelompok resiko tinggi ( preterm dan pessterm ) yaitu sebanyak 27 ibu
(15,88). Sedangkan perbedaannya, penelitian yang sudah diteliti berdasarkan
umur, paritas, usia kehamilan, berat badan bayi. Sedangkan penelitian yang
dilakukan berdasarkan paritas dengan letak sungsang.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2011), dengan judul “beberapa faktor yng
berhubungan dengan kejadian letak sungsang di Rumah Sakit Medistra”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana faktor yang berhubungan dengan kejadian letak
sungsang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan populasi adalah ibu
hamil yang mengalami letak sungsang, adapun sampel dalam penelitian ini total
sampel yang berjumlah 49 orang. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari letak sungsang banyak
terjadi pada kelompok umur < 20 tahun ( 70,00%) serta kelompok umur > 35
tahun (75,6%). Variabel paritas terlihat bahwa primipara (26,9%) yng mengalami letak sungsang
, multipara (38,8%) yang mengalami letak sungsang. Variabel pekerjaan terdapat
bahwa sebagian ibu yang bekerja (47,1%) lebih banyak mengalami letak sungsang dari
pada ibu yang tidak bekerja (15,0%). Adapun persamaan persalinan antara
penelitian yang dilakukan oleh Ningsih dengan peneliti lakukan adalah
pengambilan data secara total populasi. Sedangkan perbedaannya, jumlah sampel
yang diteliti Ningsih sebanyak 49 orang sedangkan yang dilakukan peneliti
adalah 55 orang.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian ini melihat faktor resiko dan
kasus-kasus penyakit atau status kesehatan sacara bersamaan yaitu untuk
mengetahui hubungan variabel independen
( paritas ) dengan variabel dependen
( letak sungsang ) di RSUD Bangkinang Tahun 2013
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini rencananya akan dilakukan di Ruangan Kebidanan di RSUD Bangkinang dan akan dilakukan pada bulan
Juni 2014
C. Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Populasi
adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo,2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan kelainan letak
janin yang tercatat di ruang kebidanan RSUD Bangkinang Tahun 2013 yaitu
sebanyak 55 kasus
2. Sampel
Sampel merupakan bagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh objek yang diteliti ( Notoatmodjo, 2010)
a. Kriteria
Sampel
1.)
Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Penelitian ini
adalah seluruh ibu bersalin dengan kelainan letak janin yang tercatat di ruang kebidanan di RSUD Bangkinang
Tahun 2013.
2.)
Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel karena datanya robek atau hilang. dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu bersalin dengan kelainan letak janin yang tercatat di ruang
kebidanan di RSUD Bangkinang Tahun 2013.
b. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah simple random sampling secara total populasi yaitu semua ibu
bersalin yang mengalami kelainan letak janin di ruang kebidanan ( Notoatmodjo,
2010)
D. Etika Penelitian
1.
Informed
consent (Persetujuan)
Lembaran
persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan.
Tujuannya adalah agar responden mengerti maksud dari tujuan, maka mereka harus
menandatangani lembaran persetujuan tersebut. Jika mereka menolak untuk
diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya
2. Anominity ( tanpa nama)
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan.
3.
Confidentiality ( kerahasian)
Merupakan masalah
etika dengan memberikan jaminan kerahasian hasil penelitian, baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan di
laporkan pada hasil riset.(Hidayat, 2011)
E. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
check list. Lembar check list adalah suatu daftar pengecek berisi nama subjek
dan beberapa gejala serta identitas lainnya dari sasaran pengamatan (
Notoatmodjo, 2010)
F. Prosedur Penelitian
1. Peneliti mengajukan surat permohonan pembuatan surat izin pengambilan data kepada bagian prodi DIII
Kebidanan Sekolah Tuanku Tambusai Riau untuk
mengadakan peneliti di RSUD Bangkinang.
2. Setelah mendapatkan surat izin pengambilan
data dari bagian prodi DIII Kebidanan, surat tersebut diberikan kepada bagian
tata usaha RSUD Bangkinang
3.
Tembusan disampaikan kepada Direktur
RSUD Bangkinang.
4. Setelah mendapatkan izin,
peneliti memohon izin kepada Direktur RSUD Bangkinang untuk mengambil data.
5. Membuat proposal penelitian
6. Melakukan seminar proposal
penelitian
7. Setelah mendapatkan
persetujuan untuk melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat izin penelitian kepada
STIKes Tuanku Tambusai Riau
8. Melakukan penelitian di RSUD
Bangkinang
9. Mengolah data hasil
penelitian
10. Seminar hasil penelitian
G. Teknik Pengolahan Data
1. Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
para pengumpul data. Tujuan editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan
yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh
mungkin.
2.
Koding
Koding
adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban daripada responden ke dalam
kategori-kategori. Biasanya klasifikasi di lakukan dengan cara memberi tanda
atau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.
3.
Tabulasi
Tabulasi adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban – jawaban yang sudah diberi kode
kategori jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel.(Achmadi, 2009)
4. Data Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel/database computer, kenmudian membuat distribusi frekuensi
sederhana.
5.
Pembersihan
data ( cleaning )
Pengecekan
kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak (
Notoatmodjo, 2010)
H. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan mendefenisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Defenisi
operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam
peneliti. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat diukur
dan ditentukan karakteristiknya.( Hidayat, 2011)
Tabel 3.1.Definisi
Operasional
No
|
Variabel independen
|
Defenisi
Operasional
|
Alat
Ukur
|
Skala
Ukur
|
Hasil
ukur
|
1.
|
Paritas
|
Jumlah anak
yang telah dilahirkan ibu baik yang hidup maupun yang mati, yang tercatat
dalam rekam medik RSUD Bangkinang tahun 2013
|
Lembar check list
|
Nominal
|
1. Beresiko ( multipara 2 kali Grandemultipara >3 kali )
2. Tidak beresiko (primipara 1
kali )
|
1.
|
Variabel dependen
Letak sungsang
|
Presentasi bokong adalah suatu keadaan yang terjadi dimana bokonh atau
tungkai janin sebagai bagian terendah di dalam panggul ibu insiden dari
presentasi bokong adalah 3% dari semua persalinan.
|
Lembar check list
|
Nominal
|
1. Ya : jika mengalami kejadian letak sungsang
2. Tidak : jika tidak mengalami kejadian letak sungsang
|
I. Rencana
Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel peneliti.
Bentuk analisa univariate tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik
digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya
dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari
tiap variabel.( Notoadmodjo, 2010)
Analisis dalam penelitian ini menggunakan rumus
Sibagariang
(2010) sebagai berikut
:
|
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi berdasarkan hasil
peneliti yang dikategorikan
N = Jumlah soal
2. Analisa Bivariat
Analisis
ini dilakukan dengan pengujian secara statistik, untuk uji hipotesis yang
digunakan adalah chi square dengan
menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini dilakukan untuk mengtahui hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen.Analisa ini peneliti
menggunakan uji chi square dengan
rumus :
![]() |
X²
= Ʃ
( O – E )²
E
![]() |
Keterangan
;
X² = Nilai chi – Square
O =
Nilai hasil pengamatan (observasi)
E
= Nilai yang diharapkan .
(Budiarto, 2010)
Dari hasil uji statistik diketahui
ada tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti apabila :
Jika
X² hitung > X² tabel maka Ho ditolak berarti ada hubungan antara variabel
independen dan dependen.
Jika
X² hitung ≤ X² tabel maka Ho gagal ditolak berarti tidak ada hubungan antara
variabel independen dan dependen
beberapa syarat uji chi-square dapat digunakan :
1.tidak
ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga actual count (FO)
sebesar O ( Nol)
2.apabila
bentuk tabel kontingensi 2X2, maka tidak boleh
ada 1 cell saja yang memiliki frekuensi harapan disebut juga expected
count (“fh”) kurang dari 5
3.Apabila
bentuk tabel lebih dari 2 x 2 ,misal 2 x 3 maka jumlah cell dengan frekuensi
harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20 %.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 7 juli sampai 9 juli 2014. Sampel
dalam penelitian ini adalah ibu bersalin yang tercatat di buku rekapitulasi ruang kebidanan di RSUD Bangkinang Tahun
2013.Data variabel independen yang diambil pada penelitian
ini meliputi Paritas
ibu sedangkan data variabel
dependen pada penelitian ini adalah Letak
Sungsang. Dari hasil pengumpulan data disajikan
sebagai berikut :
A.
Analisa
Univariate
Analisa univariate bermaksud untuk mendeskripsikan masing-masing variabel
dengan menggunakan tabel distribusi Frekuensi di bawah ini :
1.
Paritas
Tabel
4.1 Distribusi
frekuensi Paritas Di RSUD
Bangkinang Tahun 2013
No
|
Paritas
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1
|
Beresiko
|
38
|
69,09%
|
2
|
Tidak
beresiko
|
17
|
30,90%
|
Total
|
55
|
100
|
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui
bahwa Paritas di RSUD Bangkinang
sebagian besar ibu mengalami paritas yang
beresiko adalah 38 (69,09%) orang.
2.
Letak Sungsang
Tabel
4.2 Distribusi Frekuensi Letak Sungsang Di RSUD
Bangkinang Tahun 2013
No
|
Letak Sungsang
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1
|
Ya
|
42
|
76,36%
|
2
|
Tidak
|
13
|
23,63%
|
Total
|
55
|
100
|
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa
kejadian Letak Sungsang
di RSUD Bangkinang sebagian besar mengalami
Letak Sungsang
adalah 42
(76,365%) orang.
B.
Analisa
Bivariate
Tabel
4.3 Hubungan Paritas dengan Kejadian
Letak Sungsang Di RSUD Bangkinang Tahun 2013
|
Letak
sungsang
|
|
|
|
|
X²
|
|
Paritas
|
Ya
|
|
Tidak
|
|
Total
|
|
Hitung
|
|
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
|
Beresiko
|
30
|
54,54
|
8
|
14,54
|
38
|
69,09
|
20,35
|
Tidak beresiko
|
12
|
21,81
|
5
|
9,09
|
17
|
30.90
|
|
Total
|
42
|
76,35
|
13
|
23,63
|
55
|
99.99
|
|
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 55 Ibu Bersalin di RSUD
Bangkinang Tahun 2013 ibu bersalin yang paritas
beresiko melahirkan letak sungsang
30
(54,54%) dan yang tidak melahirkan paritas yang bersiko sebanyak 12 (21,81%) dan
yang beresiko
dan tidak melahirkan letak sungsang sebanyak 8 (14,54%) dan yang tidak beresiko dan tidak melahirkan letak
sungsang sebanyak 5 (9,09%).
Berdasarkan hasil analisa hubungan
paritas dengan kejadian letak sungsang di RSUD
Bangkinang Tahun 2013 dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh X² hitung (20,35)
> X² tabel (3,841) maka Ho ditolak dan dapat
dinyatakan bahwa ada hubungan antara paritas
dengan kejadian letak sungsang
di RSUD Bangkinang Tahun 2013.

PEMBAHASAN
A.
Analisa
Univariat
1.
Gambaran
Prevalensi Paritas Ibu di RSUD Bangkinang Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa dari 55 Ibu Bersalin, sebagian besar ibu mengalami paritas yang beresiko yaitu
38 (69,09%) orang.
Berdasarkan teori dan hasil yang
didapatkan dalam penelitian selain umur,
jarak kehamilan, bentuk panggul ibu, riwayat kehamilan sungsang dan paritas merupakan
faktor yang menyebabkan kelainan letak sungsang. Oleh
karena itu Pada paritas
> 3 keadaan rahim ibu sudah tidak seperti rahim yang pertama kali melahirkan
sehingga ketika ibu hamil dengan paritas > 3, maka janin ibu tersebut akan
lebih aktif bergerak sehingga posisi janin tersebut menjadi tidak normal dan
dapat menyebabkan terjadinya letak sungsang ( cunningham F.G. 2005).
Menurut asumsi peneliti paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah
di alami wanita tanpa memperhatikan
hasil konsepsi tersebut hidup atau mati. deteksi dini paritas sangatlah penting untuk
mencegah terjadinya kehamilan letak
sungsang tersebut.
2.
Gambaran
Prevalensi letak sungsang di RSUD Bangkinang Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa dari 55 Ibu besalin, sebagian besar ibu mengalami letak sungsang sebesar 42
(76,36%) orang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas ibu bersalin di RSUD Bangkinang Tahun 2013 mengalami letak sungsang.
Terdapat sejumlah faktor penyebab utama kematian ibu akibat perdarahan,
infeksi, kelainan hipertensi dalam kehamilan, letak sungsang, dan persalinan
yang lama. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri .
B.
Analisa
Bivariate
1.
Hubungan
Paritas dengan Kejadian Letak Sungsang di RSUD Bangkinang Tahun 2013
Berdasarkan
hasil analisa hubungan paritas
dengan kejadian letak sungsang
di RSUD Bangkinang Tahun 2013 dapat diketahui bahwa ibu bersalin yang
mengalami paritas 55 orang,
yang melahirkan dengan
letak sungsang sebesar 42 (76,36%) orang. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa dari 55
ibu bersalin yang mengalami paritas lebih banyak
melahirkan letak sungsang yaitu sebanyak 42 orang.
Hasil uji Chi-Square diperoleh X² hitung (20,35)
> X² tabel (3,481) maka Hₒ
ditolak dan dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian letak sungsang di RSUD
Bangkinang Tahun 201
Angka kejadian letak sungsang jika di
hubungkan dengan paritas pada ibu maka kejadian terbanyak adalah dengan
grandemultipara dibanding pada primigravida. Pada primipara (1) merupakan aman
di tinjau dari sudut kematian maternal dan paritas tinggi ( > 3) mempunyai
angka kejadian kehamilan letak sungsang ( Prawirohardjo,2005)
Seorang ibu yang sering hamil ataupun melahirkan mempunyai resiko lebih
tinggi di bandingkan dengan ibu yang tidak sering melahirkan, karena semakin
banyak jumlah kehamilan dan jumlah kelahiran yang di alami ibu semakin tinggi
resiko untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan. Kehamilan letak
sungsang dapat terjadi pada ibu dengan paritas tinggi dikarenakan rahim sudah
sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu
ke-37 dan sseterusnya ( varney,2007)
Kehamilan letak sungsang akan meningkat kejadiannya pada ibu dengan
paritas grandemultipara. Ini terjadi karena kehamilan terlalu sering dapat menyebabkan uterus menjadi lebih
luas sehingga terjadilah kehamilan letak sungsang ( manuaba,2007)
Hasil penelitian ini sama
dengan hasil penelitian Ratna Dewi (2009), berdasarkan hasil analisa uji
chi-square diperoleh nilai X² hitung (41,22) > X² tabel (3,841) hal ini
menunjukkan bahwa Hₒ ditolak artinya ada hubungan antara paritas dengan
kejadian letak sungsang di Ambarawa Tahun 2009.

PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan di
RSUD Bangkinang dengan judul “Hubungan Paritas
dengan
Kejadian Letak Sungsang di
RSUD Bangkinang Tahun 2013”, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR di
RSUD Bangkinang tahun 2013.
B.
Saran
1. Bagi
Tempat Penelitian
Diharapkan kepada tenaga kesehatan
RSUD Bangkinang dapat memberikan penyuluhan secara berkala terhadap ibu hamil
tentang betapa pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai deteksi dini faktor
resiko dalam kehamilan dengan bahasa yang sederhana dan menggunakan alat bantu
seperti brosur, poster dalam pemberian penyuluhan kepada ibu hamil yang
berkunjung ke RSUD Bangkinang.
2. Bagi
Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan
agar lebih meningkatkan keterampilan dalam menangani kasus-kasus kebidanan
serta dapat melakukan deteksi dini kepada seluruh ibu hamil terhadap
faktor-faktor yang berhubungan dengan paritas
dan letak sungsang.
3. Bagi
Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan masukan atau sumber data untuk peneliti
selanjutnya dan melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan paritas dengan kejadian letak sungsang.
Mau tanya boleh tau daftar pustakanya ? Soalnya saya jg sedang lg ngambil penelitian sungsang..
BalasHapusTrimakasih
How to Play Baccarat – A Guide to Playing Baccarat - Viking
BalasHapusBaccarat is a classic game of strategy worrione and luck. It's 인카지노 easy to get started when you know where deccasino to start and where to start.
Playtech - Casino & Gaming | Java Web Client
BalasHapusPlaytech has a 속초 출장샵 comprehensive range of HTML5 and Java 서산 출장안마 Web Client products to 당진 출장안마 suit mobile platforms. With our multi-product API integration, you 안성 출장안마 can add 대전광역 출장마사지 HTML5