Sabtu, 12 Juli 2014

Letak Sungsang



PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN  PARITAS DENGAN KEJADIAN LETAK SUNGSANG DI RSUD  BANGKINANG
TAHUN 2013









NAMA      : NISMA OKTORINA
                             NIM           : 1115-401045





PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKes TUANKU TAMBUSAI RIAU
2014



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang   
                                    
            Pembagunan kesehatan dilaksanakan pada segala bidang. Tujuan pambangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2015 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh Wilayah Republik Indonesia dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri maju dan sejahtera ( Depkes RI, 2012).
            Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera sempurna yang lengkap, meliputi kesejahteraan fisik, mental sosial bukan hanya semata-mata bebas dari penyakit. Selain itu, orang dengan kesehatan yang baik adalah apabila seorang mampu produktif. Sedangkan sehat adalah keadaan dimana seorang diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan apapun tidak terdapat tanda-tanda penyakit kelainan (wahid, 2009)
            Upaya dalam meningkatkan kualitas kesehatan penduduk dalam pencapaian peningkatan produktivitas dan kesejahteraan umum maka untuk mencapai hal tersebut pembagunan kesehatan pada dewasa ini diajukan pada peningkatan pemerataan mutu pelayanan dengan memberikan pelayanan yang profesional dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu bersalin dan anak ( Prawirohardjo,2003)
            Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan, atau  dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, di sebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainnya ( Prawirohardjo, 2007)
            Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya di negara yang sedang berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan perinatal terjadi di negara berkembang, sedangkan dinegara maju hanya 1-2%. Sebenarnya sebagian besar kematian tersebut masih dapat dicegah apabila mendapat pertolongan pertama yang adekuat ( Manuaba, 2007)
Menurut World Health Organization ( WHO) menengaskan setiap tahun sejumlah 358.000 ibu meninggal saat bersalin di mana 355.000 ( 99%) berasal dari negara berkembang. Rasio Angka Kematian Ibu (AKI) di Negara berkembang merupakan peringkat tertinggi dengan 290 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio Angka Kematian Ibu (AKI) di negara maju yaitu 14 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup ( WHO, 2010). Semakin tinggi Angka Kematian Ibu (AKI), maka semakin tinggi pula angka kematian bayi (AKB) Sekitar 4 juta pertahun bayi meninggal pada bulan pertama kehidupan. Seperempat dari mereka meninggal dalam 24 jam kehidupan dan 75% pada minggu pertama kehidupan ( depkes RI 2011).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Idonesia meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2012  menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan di Tahun 2012 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup.
            Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia terjadi penurunan dari tahun ketahun akan tetapi bila di bandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara AKB masih di katakan cukup tinggi. AKB di indonesia ( 35 per 100 kelahiran hidup ) adalah 4,6 kali lebih tinggi daripada Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Pilipina dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand ( Dinkes, 2010).
            Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Riau 2008 adalah 210 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan tahun 2009 sebanyak 234 per 100.000 kelahiran hidup. Selanjutnya, Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Riau Tahun 2008 sebanyak 10,85/1000 kelahiran hidup dan Tahun 2009 11,9/1000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan Audit Maternal Perinatal (AMP) yang diterima dari kabupaten/kota terjadi kenaikan AKI dan AKB dari Tahun 2008 ke Tahun 2009 ( Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2010).
            Berdasarkan laporan Audit Maternal yang diterima dari kabupaten /kota, Angka Kematian Ibu (AKI) di Propinsi Riau meningkat  dari 109,9 per 100.000 kelahiran hidup pada Tahun 2010 menjadi 122,1 per 100.000 kelahiran hidup pada Tahun 2011 ( Profil Dinkes Riau,2012). Sedangkan rasio kematian maternal pada Tahun 2011 di kabupaten  Kampar sebesar 64 per 100.000 kelahiran hidup  ( Profil Dinkes Kabupaten Kampar,2012).
            Penyebab utama  kematian ibu di Indonesia  dan negara-negara lainnya di dunia hampir sama, diantaranya akibat perdarahan (25%), infeksi (14%) kelainan hipertensi dalam kehamilan (13%), letak sungsang (13%) serta akibat persalinan yang lama (7%) ( nugraha,2007)’
            Kejadian letak sungsang pada janin aterm kira-kira 3%, jauh lebih tinggi pada permulaan masa kehamilan kira-kira 40% daripada kehamilan sebelum 28 miggu antara 17 sampai 31 minggu. Janin letak bokong berada pada resiko morbilitas dan mortalitas prenatal yang lebih tinggi tidak hanya akibat partus tetapi juga karena presentasi ( william, 2007)
            Dalam persalinan terdapat beberapa presentasi di antaranya : presentasi kepala 96,8%, letak sungsang 2,7%, letak lintang 0,3%, letak muka  0,05% dan letak dahi  0,01%. letak sungsang terjadi pada 25% persalinan yang terjadi sebelum umur  kehamilan 28 minggu, 7% persalinan sungsang terjadi pada umur kehamilan 32 minggu dan 1,3% persalinan sungsang yang terjadi pada kehamilan aterm ( Lutfyah,2013).
            Letak sungsang merupakan keadaan dimana  janin terletak  memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri tipe letak sungsang yaitu : frank breech (50;70%) yaitu kedua tungkai fleksi complete breech (5;10%) yaitu tungkai atas lurus keatas , tungkai bawah ekstensi, footling (10,30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi presentasi kaki. Penyebab letak sungsang yaitu terdapat plasenta previa, keadaan janin, keadaan air ketuban,  keadaan kehamilan, keadaan uterus, keadaan dinding abdomen, keadaan tali pusat ( manuaba, 2007).
            Banyak faktor yang menyebabkan kelainan letak sungsang, diantaranya umur ibu, paritas ibu, bentuk panggul ibu, jarak kehamilan dan riwayat kehamilan sungsang.
Pada paritas > 3 keadaan rahim ibu sudah tidak seperti rahim yang pertama kali melahirkan sehingga ketika ibu hamil dengan paritas > 3, maka janin ibu tersebut akan lebih aktif bergerak sehingga posisi janin tersebut menjadi tidak normal dan dapat menyebabkan terjadinya letak sungsang ( cunningham F.G. 2005). Angka kejadian letak sungsang jika di hubungkan dengan paritas pada ibu maka kejadian terbanyak adalah dengan grandemultipara dibanding pada primigravida. Pada primipara (1) merupakan aman di tinjau dari sudut kematian maternal dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kejadian kehamilan letak sungsang ( Prawirohardjo,2005)
            Kejadian letak sungsang pada ibu primipara mempunyai risiko 14% akan terjadi letak sungsang. Risiko yang akan terjadi pada multipara 24%% akan terjadi kehamilan letak sungsang. Pada ibu grandemultipara 30% risiko yang akan terjadi (indiarti,2007). Karena ibu yang grandemultipara rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke 37 dan seterusnya (Wardoyo, 2007). Jumlah kasus letak sungsang dapat di lihat pada tabel :
Tabel 1.1  : Jumlah Kasus Obstretri di RSUD Bangkinang Tahun 2012    
NO
Jenis Penyakit
Tahun 2012
Presentasi
1
Post date
85
17,13%
2
preeklamsia
82
16,53%
3
CPD
70
14,11%
4
Ketuban pecah dini
55
11,08%
5
Partus tak maju
49
9,87%
6
letak sungsang
39
7,86%
7
KJDK
27
5,44%
8
Retensio plasenta
22
4,43%
9
kelahiran prematur
21
4,23%
10
Fetal distres
13
2,62%
11
HPP
13
2,62%
12
letak lintang
7
1,41%
13
Gamely
7
1,41%
14
Plasenta previa
4
0,80%
15
Ruptur perineum
2
0,40%

Jumlah
496
100%

Tabel 1.2 : Jumlah Kasus Obstretri  di RSUD Bangkinang Tahun 2013
NO
Jenis Penyakit
Tahun 2013
Presentase
1
CPD
45
15,46%
2
Letak sungsang
42
14,43%
3
Pre-eklampsia berat
34
11,68%
4
Ketuban pecah dini
30
10,31%
5
partus tak maju
22
7,56%
6
fetal distres
21
7,22%
7
Gamely
18
6,19%
8
letak lintang
13
4,47%
9
kelahiran prematur
12
4,12%
10
Retensio plasenta
11
3,78%
11
post date
11
3,78%
12
KJDK
10
3,44%
13
hipertensi
9
3,09%
14
plasenta previa
8
2,75%
15
HPP
5
1,72%

Jumlah
291
100%
           
           

            Berdasarkan data yang di peroleh penulis dari RSUD Bangkinang di dapat data kejadian letak sungsang pada tahun 2012 kejadian letak sungsang berada pada urutan keenam, Sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan yaitu pada urutan kedua.
            Berdasarkan tabel 1.1 dan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013, di mana pada tahun 2012 yaitu kejadian letak sungsang sebanyak 39 kasus yaitu (7,86 %), sedangkan pada tahun 2013 yaitu kejadian letak sungsang sebanyak 42 kasus yaitu (14,43%).
            Dimana angka kejadian letak sungsang makin tinggi, jelas memberikan gambaran bahwa masalah letak sungsang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik dari tenaga kesehatan oleh ibu yang mengalami kehamilan letak sungsang.
            Berdasarkan data di atas peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Paritas dengan Kejadian Letak Sungsang di RSUD Bangkinang Tahun 2013”  
B.                    Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dapat  dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Hubungan Paritas dengan Kejadian Letak Sungsang di RSUD Bangkinang tahun 2013 “?




C. Tujuan
      1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian   letak sungsang di RSUD Bangkinang tahun 2013
       2. Tujuan khusus          
a.  Untuk  mengetahui distribusi frekuensi kejadian letak sungsang di RSUD Bangkinang tahun 2013.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian letak sungsang berdasarkan paritas di RSUD Bangkinang tahun 2013.
  c.    Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian letak sungsang
D. Mamfaat Penelitian
     1. Aspek Teoritis
            Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti tentang hubungan Umur dan Paritas Dengan Kejadian letak sungsang dan mengaplikasikan ilmu yang di dapat dalam rangka mengurangi angka kematian ibu dan bayi.

2. Aspek Praktis
                              
         Penelitian ini di dapat diharapkan memberi masukan bagi institusi pendidikan dan penelitian dalam mengembangkan ilmu yang di dapat sesuai dengan teori dan praktek di lapangan khususnya dalam ruang lingkup kebidanan.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A.Letak Sungsang

1. Pengertian
         
Presentasi bokong adalah suatu keadaan yang terjadi di mana bokong atau tungkai janin sebagai bagian terendah di dalam panggul ibu. Insiden dari presentasi bokong adalah 3% dari semua persalinan.( fadlun,2011)
Letak sungsang merupakan justru kepala yang bagian terbesar bayi akan lahir terakhir ( manuaba,2010)
Letak sungsang merupakan letak longitudinal dengan bokong janin dikutub bawah uterus ( maureen boyle, 2007)
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. ( sarwono. 2006)
Letak sungsang adalah memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah ( presentasi bokong) (sastrawinata ,2004).
2. Klasifikasi
a. Presentasi bokong murni  ( frank breech)
1)      Kedua paha janin berfleksi
2)      Kedua tungkai berekstensi pada lutut
b. Presentasi bokong kaki /lengkap (complete breech)
1)      Kedua paha janin berfleksi
2)      Satu atau kedua lutut difleksikan
c. Presentasi kaki/lutut (incomplete breech)
1)      Satu atau kedua paha janin berekstensi
2)      Satu atau kedua lutut atau kaki terletak di bawah panggul/keluar dari jalan lahir.
Dari ketiga jenis presentasi bokong, maka presentasi bokong murni yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 65% pada gestasi cukup bulan, 25% presentasi lengkap, dan hanya 10% presentasi tidak lengkap. (fadlun, 2011).
3. Diagnosis
Pergerakan anak teraba di bagian perut bawah, di bawah pusat, dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga. Sering kali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada kehamilan yang terdahulu karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah.
a. Pemeriksaan abdominal
Pemeriksaan abdominal, biasanya dengan pemeriksaan leopold 1, kepala janin yang keras, dan dapat diraba dengan balotement karena sudah menempati bagian fundus uteri. Perasat leopold 11, menunjukkan punggung sudah berada pada satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil berada pada sisi yang lain. Pada perasat leopold 111, bila engagement belum terjadi – diameter intertrokanterika panggul janin belum melewati pintu atas panggul. Setelah terjadi engagement, perasat leopold IV menunjukkan posisi bokong yang mapan di bawah simfisis.
Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat. Suara jantung janin biasanya terdengar paling keras di daerah sedikit di atas umbilikus, sedangkan bila telah terjadi engagement kepala janin,suara jantung terdengar paling keras di bawah umbilikus.
           b. Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam teraba 3 tonjolan tulang, yaitu tubera ossis ischii dan ujung os sakrum, os sakrum dapat dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan deretan prosesus spinosus di tengah-tengah tulang tersebut. Pada bagian diantara 3 tonjolan tulang tersebut dapat di raba anus dan genetalia anak, tetapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan jika edema tidak terlalu besar.
c. Pemeriksaan USG
USG idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong, bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin. USG dilakukan pada usia kehamilan 32-34 minggu yang berguna baik untuk menengakkan diagnosis maupun untuk memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu. ( Fadlun, 2011)
4. Etiologi
a. Multiparitas
b.    Prematuritas  karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak, dan kepala janin relatif besar.
c.    Hidramnion karena janin mudah bergerak
d.   Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala janin ke dalam pintu atas panggul.
e.    Kelainan bentuk kepala seperti anensefalus dan hidrosefalus karena keduanya dapat memengaruhi bentuk fungsi atau gerakan janin (kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul).
f.       Penyebab lain seperti : anomali rahim, kehamilan ganda ,panggul sempit,dan tumor pelvis. (Achmad feryanto,2011)
5. Pimpinan Persalinan Sungsang
          Pertolongan persalinan letak sungsang secara fisiologis dilakukan menurut  metode brach. Kegagalan pertolongan secara brach diikuti oleh persalinan dengan ekstraksi bokong parsial yang dapat menimbulkan komplikasi.
Pertolongan per vagina
a. Persalinan menurut metode Brach.
Persalinan Brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali His dan mengejan, sedangkan penolong membantu melakukan hiperlordosis. Teknik melakukan hiperlordosis adalah sebagai berikut:
1)    Saat bokong tampak  di suntikkan oksitosin 5 unit.
2)    Setelah bokong lahir, bokong di pegang secara brach ( kedua ibu  jari pada kedua paha bayi, dan keempat jari kedua  tangan lainnya memengang bokong bayi).
3)    Dilakukan hiperlordosis dengan melengkungkan bokong ke atas perut ibu.
4)       Seorang membantu melakukan tekanan kristeller pada fundus uteri, saat his dan mengejan.
5)       Akan lahir berturut-turut dagu, mulut, hidung, muka dan kepala bayi
6)       Bayi diletakkan di perut ibu untuk pemotongan tali pusat dan selanjutnya dirawat sebagaimana mestinya.
Ekstraksi bokong parsial. Persalinan dengan ekstraksi bokong parsial berarti bahwa : persalinan bokong sampai umbilikus berlangsung dengan kekuatan sendiri, terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala. Dilakukan persalinan bantuan dengan jalan : secara brach, secara muller, dan loeuset.
b. Persalinan menurut metode klasik
pertolongan ekstraksi bokong secara klasik. Teknik ekstraksi bokong parsial, secara klasik dilakukan sebagai berikut:
1)   Tangan memegang bokong dengan telunjuk pada spina iskiadika anterior superior.
2)   Tarik curam ke bawah sampai ujung skapula tampak.
3)   Badan anak dipegang sehingga perut anak didekatkan ke perut ibu, dengan demikian kedudukan bahu belakang menjadi lebih rendah.
4)   Tangan lainnya menelusuri bahu belakang sampai mencapai persendian siku.
5)   Tangan belakang dilahirkan , dengan mendorong persendian siku menelusuri badan bayi.
6)   Selanjutnya badan anak dipegang demikian rupa, sehingga punggung anak mendekati panggul ibu.
7)   Tangan lainnya menelusuri bahu depan, menuju persendian siku, selanjutnya lengan atas dilahirkan dengan dorongan pada persendian siku.
8)   Persalinan kepala dilakukan sebagai berikut : badan anak seluruhnya di tunggangkan pada tangan kiri. Jari tengah dimasukkan kedalam mulut bayi, untuk mempertahankan situasi  fleksi. Dua jari lain menekan pada os maksilaris, untuk membantu fleksi kepala. Tangan kanan memegang leher bayi, menarik curam ke bawah sehingga  suboksiput berada di bawah simfisis sebagai hipomoklion. Kepala bayi dilahirkan dengan melakukan tarikan tangan kanan, sambil melakukan putaran ke arah perut ibu. Berturut-turut lahir, dagu, mulut, muka dan kepala seluruhnya. Setelah bayi lahir diletakkan di atas perut ibu, tali pusat dipotong, lendir dibersihkan , dan selanjutnya dirawat sebagaimana mestinya.
c. Persalinan menurut metode mueller
Persalinan ekstraksi bokong parsial menurut mueller. Persalianan ekstraksi bokong parsial menurut mueller tidak banyak mempunyai perbedaan dengan ekstraksi “klasik”. Perbedaan terletak pada persalinan lengan depan dilakukan terlebih dahulu dengan jalan :
1)   Punggung bayi diletakkan ke punggung ibu, sehingga skapula tampak.
2)        Tangan lainnya menelusuri bahu depan menuju lengan atas, sampai persendian siku untuk melahirkan lengan atas.
3)        Perut bayi didekatkkan ke perut ibu, tangan lain menelusuri bahu belakang sampai persendian siku, dan selanjutnya lengan belakang dilahirkan.
4)        Persalinan kepala dilakukan menurut teknik mauriceau.
5)        Setelah bayi lahir , tali pusat di potong dan dibersihkan untuk dirawat sebagaimana mestinya.
d. Persalinan menurut metode loevset
Pertolongan persalinan bahu menurut loevset. Konsep teknik loevset untuk melahirkan bahu berdasarkan :
1)        Perbedaan panjang jalan lahir depan dan belakang.
2)        Bahu depan yang berada di bawah simfisis bila diputar menjadi bahu belakang kedudukannya menjadi lebih rendah sehingga otomatis terjadi persalinan.
3)        Bahu belakang setelah putaran 90% menjadi bahu depan, kedudukannya menjadi lebih rendah sehingga secara otomatis terjadi persalinan.
4)        Pada waktu melakukan putaran di sertai tarikan sehingga kedua bahu dapat dilahirkan
5)        Persalinan kepala dapat dilakukan dengan tekik maurieau.


e. Persalinan menurut metode mauriceau
Pertolongan persalinan kepala menururt mauriceau-veit smellie. Bila terjadi kegagalan persalinan kepala dapat dilakukan pertolongan secara mauriceau ( viet smellie)
1)        Badan anak ditunggangkan pada kaki kiri
2)        Tali pusat di longgarkan
3)        Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut bayi, dua lain diletakkan pada tulang pipi serta menekan ke arah badan bayi sehingga fleksi kepala dapat dipertahankan.
4)        Tangan kanan memegang leher bayi, menarik curam ke bawah sampai suboksiput sebagai hipomoklion, kepala bayi di putar ke atas sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, kepala bayi seluruhnya.
Persalinan plasenta
Persalinan plasenta bergantung apakah persalinan sungsang memakai narkosa atu tidak. Pada kasus tanpa narkosa dapat dilakukan  menunggu tanda plasenta lepas atau melakukan tes plasenta lepas dengan metode Kustner, Klein, Strasmann, Manuaba. Dengan indikasi perdarahan, plasenta dilahirkan secara manual. Setelah plasenta lahir diberikan uterotronika : matergin, ergometrin, sintosinon, oksitosin. Pada kasus persalinan dengan narkosa, dilakukan plasenta manual untuk mengatasi perdarahan diberikan uterotronika. Setelah persalinan plasenta, diperlukan observasi 2 jam post partum untuk melihat kemungkinan komplikasi dini. ( manuaba, 2010)
  1. Prognosis
Bagi  ibu pada letak sungsang tak banyak berbeda dengan prognosis pada letak kepala, mungkin ruptura perineum lebih sering terjadi. Sebaliknya, prognosis bagi anak dengan letak sungsang, lebih buruk terutama jika anaknya besar dan ibunya seorang primigravida.
Kematian anak lebih kurang 14%. Jika kematian karena prematuritas dikurangi, kematian anak dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih besar daripada kematian letak kepala.
Penyebab kematian anak pada letak sungsang
a.    Setelah pusat lahir, kepala anak mulai masuk kedalam rongga panggul sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit, sesudah pusat lahir supaya anak dapat lahir dengan selamat.
b.    Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan dengan cepat.
c.    Dapat terjadi kerusakan tulang belakang karena tarikan badan anak.
d.   Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali pusat menumbung karena bagian depan anak kurang lebih menutup bagian bawah rahim.
Selain itu, angka kesakitan pada bayi juga tinggi karena mungkin terjadi fraktur dari humerus atau klavikula pada waktu melahirkan lengan, paralisis lengan karena tekanan atau tarikan pada pleksus brakialis pada waktu melahirkan kepala dengan cara mauriceau. ( satrawinata, 2004)
7.  Komplikasi letak sungsang
Komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin adalah sebagai berikut :
a.    Komplikasi pada ibu
Perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi
b.    Komplikasi pada bayi
1)   Asfiksia bayi. Dapat disebabkan oleh
a)    Kemacetan persalinan kepala : aspirasi air ketuban –lendir
b)   Perdarahan atau edema jaringan lunak
c)    Kerusakan medula oblongata
d)   Kerusakan persendian tulang leher
e)    Kematian bayi karena asfiksia berat
2)   Trauma persalinan
a)    Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
b)   Kerusakan alat vital: limpa, hati, paru-paru atau jantung
c)    Diskolasi fraktur persendian tulang leher: fraktur tulang dasar kepala, fraktur tulang kepala, kerusakan pada mata, hidung, atau telinga, kerusakan pada jaringan otak.
3)  infeksi dapat terjadi karena
a)    Persalinan berlangsung lama
b)   Ketuban pecah pada pembukaan kecil
c)    Manipulasi dengan pemeriksaan dalam ( manuaba, 2010)
    8. Penatalaksanaan
Pertolongan persalinan letak memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat bawaan sampai dengan kematian bayi. Menghadapi kehamilan letak sungsang dapat diambil tindakan melakukan versi luar ketika hamil. Persalinan diselesaikan dengan pertolongan per vagina dengan pertolongan fisiologis secara Brach, ekstraksi parsial (secara klasik, mueller, loevest), persalinan kepala (secara maurieau veit smellie, menggunakan forsep eksrtraksi), ekstraksi bokong totalis (ekstraksi bokong, ekstraksi kaki) atau pertolongan persalinan dengan seksio sesaria. ( manuaba, 2010)
9.    Penanganan
Dalam Kehamilan
    Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk itu bila pada waktu pemeriksaan antenatal di jumpai letak sungsang, terutama pada primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala. Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34 dan 38 minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan, karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit untuk berhasil karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang.
   Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus dikeluarkan lebih dahulu dari rongga panggul, tindakan ini dilakukan dengan meletakkan jari-jari kedua tangan penolong pada perut ibu bagian bawah untuk mengangkat bokong janin. Kalau bokong tidak dapat dikeluarkan dari panggul, usaha untuk melakukan versi luar tidak ada gunanya. Setelah bokong keluar dari panggul, bokong ditahan dengan satu tangan, sedang tangan yang lain mendorong kepala ke bawah sedemikian rupa, sehingga felksi tubuh bertambah. Selanjutnya kedua tangan bekerja sama untuk melaksanakan putaran janin menjadi presentasi kepala. Selama versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung janin harus selalu di awasi. Sesudah janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk kedalam rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan yang ringan tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak ada gunanya dicoba bila air ketuban terlalu sedikit, karena usaha tersebut tidak akan berhasil.
Dalam persalinan
Untuk melahirkan bahu dan kepala dalam proses persalinan dapat dipilih beberapa tindakan/perasat yaitu sebagai berikut :
Pada perasat Bracht
a.    Bokong dan pangkal paha janin yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan.
b.    Kemudian dilakukan hiperlordosis tubuh janin ke arah perut ibu.
c.    Sehingga lambat laun badan bagian atas, bahu, lengan dan kepala janin dapat dilahirkan.
d.   Pada perasat Bracht ini penolong sama sekali tidak melakukan tarikan dan hanya membantu melakukan proses persalinan sesuai dengan mekanisme persalinan letak sungsang. Tetapi perlu diingat bahwa dengan perasat Bracht tidak selalu bahu dan kepala berhasil dilahirkan, sehingga untuk mempercepat kelahiran bahu dan kepala dilakukan manual aid atau manual hilfe.
Pengeluaran lengan dengan cara klasik
a.  Lengan kiri janin di lahirkan dengan tangan kiri penolong
b. Sedangkan lengan kanan janin di lahirkan dengan tangan kanan    penolong
c.    Kedua lengan di lahirkan sebagai lengan belakang
d.   Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan
e.     badan di tarik ke bawah sampai ujung bawah skapula dengan kelihatan di bawah simfisis
f.       Kedua kaki janin di pegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan yang akan dilahirkan
g.    Tubuh janin ditarik keatas, sehingga perut janin ke arah perut ibu, tangan penolong yang satu di masukkan ke dalam jalan lahir dengan menelusuri punggung janin menuju ke lengan belakang sampai fosa kubiti
h.    Dua jari tangan tersebut ditempatkan sejajar dengan humerus dan lengan belakang janin dikeluarkan dengan bimbingan jari-jari tersebut
i.        Untuk melahirkan lengan depan, dada dan punggung janin di pegang dengan kedua tangan
j.        Tubuh janin di putar untuk mengubah legan depan supaya berada di belakang dengan arah putaran demikian rupa sehingga punggung melewati simfisis
k.    Kemudian lengan yang sudah berada di belakang tersebut di lahirkan dengan cara yang sama. Cara klasik tersebut terutama dilakukan apabila lengan depan menjungkit ke atas atau berada di belakang leher janin. Karena memutar tubuh  dapat membahayakan janin, maka bila lengan depan letaknya normal, cara klasik dapat dilakukan tanpa memutar tubuh janin, sehingga lengan kedua tetap dilahirkan sebagai lengan depan
l.         Kedua kaki dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan depan untuk menarik tubuh janin ke bawah sehingga punggung janin mengarah ke bokong ibu
m.  Tangan yang lain menelusuri punggung janin menuju ke lengan depan sampai fossa kubiti dan lengan depan dikeluarkan dengan dua jari yang sejajar dengan humerus








Lengan dikeluarkan dengan cara Mueller.
a.    Dengan kedua tangan pada bokong dan pangkal paha
b.    Tubuh janin di tarik ke bawah sampai bahu depan berada di bawah simfisis
c.    Kemudian lengan depan dikeluarkan dengan cara yang kurang lebih sama dengan cara yang telah di uraikan di depan, sesudah itu baru lengan belakang dilahirkan
        Melahirkan kedua bahu dilakukan dengan cara loevset.
a.    Bahu belakang janin selalu berada lebih rendah daripada bahu depan karena lengkungan jalan lahir
b.    Sehingga bila bahu belakang di putar ke depan dengan sendirinya akan lahir di bawah simfisis
c.    Setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran muka belakang, dengan kedua tangan pada bokong
d.   Tubuh janin di tarik ke bawah sampai ujung bawah skapula dengan terlihat di bawah di simfisis
e.    Kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan punggung oleh dua tangan sampai bahu belakang terdapat di depan dan tampak di bawah simfisis
f.       Dengan demikian lengan depan dapat dikeluarkan dengan mudah. Bahu yang lain yang sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali tubuh janin ke arah yang berlawanan, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan lengan dapat di lahirkan dengan mudah
Kepala janin dapat dilahirkan dengan cara Mauriceau.
a.    badan janin dengan perut ke bawah diletakkan pada lengan kiri penolong
b.    Jari tengah di masukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari manis pada maksilla, untuk mempertahankan supaya kepala janin tetap dalam keadaan fleksi
c.    Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan jari tengah berada di sebelah kiri dan kann leher
d.   Janin di tarik ke bawah dengan tangan kanan sampai suboksiput atau batas rambut di bawah simfisis
e.    Kemudian tubuh janin di gerakkan ke atas, sedangkan tangan kiri tetap mempertahankan fleksi kepala
f.        Sehingga muka lahir melewati perineum, di susul oleh bagian kepala yang lain
Perlu di tekankan disini, bahwa tangan kiri tidak boleh ikut menarik  janin, karena dapat menyebabkan perlukaan pada mulut dan muka janin.
10.     Intervensi bidan
Bidan yang menghadapi kehamilan dan letak sungsang sebaiknya :
1.    Melakukan rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapat petunjuk kepastian posisi bayi dalam rahim.
2.    Bila masih ada kesempatan , melakukan rujukan penderita kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan persalinan yang optimal.
3.    Bila terpaksa, melakukan pertolongan persalianan letak sungsang sebaiknya bersama dokter puskesmas atau dokter keluarga.
4.    Ibu perlu diberikan KIE dan motivasi serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk informed consent (manuaba, 2010)
B. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Letak Sungsang
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah di  alami wanita tanpa memperhatikan hasil konsepsi tersebut hidup atau mati. Paritas yang sudah melahirkan bayi lebih dari 2 atau 3 merupakan paritas yang paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas yang sudah melahirkan bayi lebih dari 3 memiliki angka kematian lebih tinggi. Ibu yang meninggal saat atau setelah melahirkan antara lain disebabkan oleh tingginya paritas yaitu telah mempunyai anak sebanyak 4 orang atau lebih.
Klasifikasi paritas antara lain:
1.    Primipara              : dengan paritas 1 kali
2.    Multipara              : dengan paritas 2-3 kali
3.    Grandemulripara  : dengan paritas 4 kali atau lebih
Seorang ibu yang sering hamil ataupun melahirkan mempunyai resiko lebih tinggi di bandingkan dengan ibu yang tidak sering melahirkan, karena semakin banyak jumlah kehamilan dan jumlah kelahiran yang di alami ibu semakin tinggi resiko untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan. Kehamilan letak sungsang dapat terjadi pada ibu dengan paritas tinggi dikarenakan rahim sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan sseterusnya ( varney,2007)
Kehamilan letak sungsang  akan meningkat kejadiannya pada ibu dengan paritas grandemultipara. Ini terjadi karena kehamilan terlalu  sering dapat menyebabkan uterus menjadi lebih luas sehingga terjadilah kehamilan letak sungsang ( manuaba,2008)
Pada paritas > 3 keadaan rahim ibu sudah tidak seperti rahim yang pertama kali melahirkan. Sehingga ketika ibu hamil dengan paritas >3, maka janin ibu tersebut akan lebih aktif bergerak sehingga posisi janin tersebut menjadi tidak normal dan dapat menyebabkan terjadinya letak sungsang ( cunningham F G ,2005)
Pada paritas tinggi ruang segmen bawah rahim semakin luas dan dapat menyebabkan terjadinya oligohidramnion sehingga mekanisme penempatan bokong bayi tidak bisa normal, hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya letak sungsang ( manuaba, 2008)
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep (variabel) suatu terhadap konsep atau variabel yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (notoadmodjo, 2005)
       Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


Skema 2.1 : Kerangka Konsep
Variabel Independen                                    Variabel Dependen








Paritas Ibu
 


Letak
sungsang
 




 




D. Hipotesis
Ha.  Ada hubungan paritas dengan kejadian letak sungsang di RSUD    Bangkinang Tahun 2013
                       











E. Penelitian terkait
     Penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi (2009),dengan judul “ Hubungan  Umur Dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian Letak Sungsang Di RSUD Ambarawa”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paritas dan umur ibu hamil dengan kejadian letak sungsang di RSUD Ambarawa tahun 2009, jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan populasi adalah semua ibu hamil di RSUD Ambarawa, adapaun sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik rendom sampling secara acak dengan jumlah sampel 276 orang. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariate dan bivariate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari letak sungsang banyak terjadi pada kelompok umur yang beresiko 84 ( 30,4%) yang tidak beresiko 73 (26,5%). Variabel paritas, terlihat bahwa yang beresiko mengalami letak sungsang 86 (31,2%), yang tidak mengalami letak sungsang 71 (25,7%). Adapun persamaaan penelitian antara penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi dengan peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti paritas . Sedangkan perbedaannya, jumlah sampel Ratna Dewi 276 orang sedangkan peneliti mempunyai sampel 55 orang.
 2. Penelitian yang dilakukan oleh Rifmaini (2009), dengan judul “Gambaran Persalinan Sungsang di Ruang Camar 1 RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru Tahun 2009”.Jenis penelitian ini adalah deskriptif  dengan populasi adalah ibu yang mengalami persalinan letak sungsang, adapun sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yang berjumlah 170 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari persalinan letak sungsang banyak terjadi pada kelompok umur resiko rendah (20-35) yaitu sebanyak 142 ibu (83,53%) dan pada umur kelompok resiko tinggi (<20 dan >35) sebanyak 28 ibu (16,47%). Variabel paritas, terlihat bahwa multipara resiko yang tinggi yaitu sebanyak 73 ibu (42,94). Dan paritas yang primipara juga resiko tinggi yaitu 68 ibu  (40,00). Dan pada ibu resiko rendah grandemultipara yaitu sebanyak 29 ibu (17,06). Variabel usia kehamilan, terlihat bahwa kehamilan aterm resiko tinggi yaitu sebanyak 143 ibu (84,12). Dan pada kelompok resiko tinggi ( preterm dan pessterm ) yaitu sebanyak 27 ibu (15,88). Sedangkan perbedaannya, penelitian yang sudah diteliti berdasarkan umur, paritas, usia kehamilan, berat badan bayi. Sedangkan penelitian yang dilakukan berdasarkan paritas dengan letak sungsang.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih  (2011), dengan judul “beberapa faktor yng berhubungan dengan kejadian letak sungsang di Rumah  Sakit Medistra”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana faktor yang berhubungan dengan kejadian letak sungsang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan populasi adalah ibu hamil yang mengalami letak sungsang, adapun sampel dalam penelitian ini total sampel yang berjumlah 49 orang. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari letak sungsang banyak terjadi pada kelompok umur < 20 tahun ( 70,00%) serta kelompok umur > 35 tahun (75,6%). Variabel paritas terlihat bahwa  primipara (26,9%) yng mengalami letak sungsang , multipara (38,8%) yang mengalami letak sungsang. Variabel pekerjaan terdapat bahwa sebagian ibu yang bekerja (47,1%) lebih banyak mengalami letak sungsang dari pada ibu yang tidak bekerja (15,0%). Adapun persamaan persalinan antara penelitian yang dilakukan oleh Ningsih dengan peneliti lakukan adalah pengambilan data secara total populasi. Sedangkan perbedaannya, jumlah sampel yang diteliti Ningsih sebanyak 49 orang sedangkan yang dilakukan peneliti adalah 55 orang.


                       













BAB III
METODE PENELITIAN
A.  Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian ini melihat faktor resiko dan kasus-kasus penyakit atau status kesehatan sacara bersamaan yaitu untuk mengetahui hubungan variabel independen ( paritas ) dengan variabel dependen ( letak sungsang ) di RSUD Bangkinang Tahun 2013
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini rencananya akan dilakukan di Ruangan Kebidanan di  RSUD Bangkinang dan akan dilakukan pada bulan Juni 2014
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
          (Notoatmodjo,2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan kelainan letak janin yang tercatat di ruang kebidanan RSUD Bangkinang Tahun 2013 yaitu sebanyak 55 kasus
2. Sampel
Sampel merupakan bagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh objek yang diteliti ( Notoatmodjo, 2010)

a. Kriteria Sampel
1.) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan kelainan letak janin  yang tercatat di ruang kebidanan di RSUD Bangkinang Tahun 2013.
2.) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel karena datanya robek atau hilang. dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan kelainan letak janin yang tercatat di ruang kebidanan di RSUD Bangkinang Tahun 2013.
b. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling secara total populasi yaitu semua ibu bersalin yang mengalami kelainan letak janin di ruang kebidanan ( Notoatmodjo, 2010)
D. Etika Penelitian
1.      Informed consent (Persetujuan)
Lembaran persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya adalah agar responden mengerti maksud dari tujuan, maka mereka harus menandatangani lembaran persetujuan tersebut. Jika mereka menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya
2.  Anominity  ( tanpa nama)
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality ( kerahasian)
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan di laporkan pada hasil riset.(Hidayat, 2011)
E.  Alat Pengumpulan Data     
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar check list. Lembar check list adalah suatu daftar pengecek berisi nama subjek dan beberapa gejala serta identitas lainnya dari sasaran pengamatan ( Notoatmodjo, 2010)
F. Prosedur Penelitian
1. Peneliti mengajukan surat permohonan pembuatan surat izin    pengambilan data kepada bagian prodi DIII Kebidanan Sekolah Tuanku Tambusai Riau  untuk mengadakan peneliti di RSUD Bangkinang.
2.   Setelah mendapatkan surat izin pengambilan data dari bagian prodi DIII Kebidanan, surat tersebut diberikan kepada bagian tata usaha RSUD  Bangkinang
3.    Tembusan disampaikan kepada Direktur RSUD Bangkinang.
4.  Setelah mendapatkan izin, peneliti memohon izin kepada Direktur RSUD      Bangkinang untuk mengambil data.
5.    Membuat proposal penelitian
6.    Melakukan seminar proposal penelitian
7.  Setelah mendapatkan persetujuan untuk melakukan penelitian, peneliti      mengajukan surat izin penelitian kepada STIKes Tuanku Tambusai Riau
8.    Melakukan penelitian di RSUD Bangkinang
9.    Mengolah data hasil penelitian
   10.   Seminar hasil penelitian  
G. Teknik Pengolahan Data
1. Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuan editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin.



2.      Koding
Koding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban daripada responden ke dalam kategori-kategori. Biasanya klasifikasi di lakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.
3.        Tabulasi
 Tabulasi adalah pekerjaan membuat tabel.  Jawaban – jawaban yang sudah diberi kode kategori jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel.(Achmadi, 2009)
4.     Data Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel/database computer, kenmudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
5.      Pembersihan data ( cleaning )
Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak ( Notoatmodjo, 2010)
H. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan  peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Defenisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam peneliti. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya.( Hidayat, 2011)

Tabel 3.1.Definisi Operasional
No
Variabel independen
Defenisi Operasional
Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil ukur
1.









Paritas
Jumlah anak yang telah dilahirkan ibu baik yang hidup maupun yang mati, yang tercatat dalam rekam medik RSUD Bangkinang tahun 2013
Lembar check list
Nominal
1.     Beresiko ( multipara 2 kali Grandemultipara  >3 kali )
2.     Tidak beresiko (primipara 1 kali )


1.



Variabel dependen

Letak sungsang


Presentasi bokong adalah suatu keadaan yang terjadi dimana bokonh atau tungkai janin sebagai bagian terendah di dalam panggul ibu insiden dari presentasi bokong adalah 3% dari semua persalinan.


Lembar check list


Nominal


1.       Ya : jika mengalami kejadian letak sungsang
2.     Tidak : jika tidak mengalami kejadian letak sungsang




I. Rencana Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel peneliti. Bentuk analisa univariate tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.( Notoadmodjo, 2010)
Analisis dalam penelitian ini menggunakan rumus Sibagariang
(2010) sebagai berikut :


X 100%

 
 


Keterangan :
P = Persentase
 F = Frekuensi berdasarkan hasil peneliti yang dikategorikan
N = Jumlah soal
2. Analisa Bivariat
Analisis ini dilakukan dengan pengujian secara statistik, untuk uji hipotesis yang digunakan adalah chi square dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini dilakukan untuk mengtahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.Analisa ini peneliti menggunakan uji chi square dengan rumus :



 
X² = Ʃ ( O – E )²
               E



 
Keterangan ;
X² = Nilai chi – Square
O =  Nilai hasil pengamatan (observasi)
E  =  Nilai yang diharapkan . (Budiarto, 2010)
          Dari hasil uji statistik diketahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti apabila :
Jika X² hitung > X² tabel maka Ho ditolak berarti ada hubungan antara variabel independen dan dependen.
Jika X² hitung ≤ X² tabel maka Ho gagal ditolak berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen
beberapa syarat uji chi-square dapat digunakan :
1.tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga actual count (FO) sebesar O ( Nol)
2.apabila bentuk tabel kontingensi 2X2, maka tidak boleh  ada 1 cell saja yang memiliki frekuensi harapan disebut juga expected count (“fh”) kurang dari 5
3.Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2 ,misal 2 x 3 maka jumlah cell dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20 %.



BAB IV
HASIL PENELITIAN


            Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 juli sampai 9 juli 2014. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin yang tercatat di buku rekapitulasi ruang kebidanan di RSUD Bangkinang Tahun 2013.Data variabel independen yang diambil pada penelitian ini meliputi Paritas ibu sedangkan data variabel dependen pada penelitian ini adalah Letak Sungsang. Dari hasil pengumpulan data disajikan sebagai berikut :
A.    Analisa Univariate
          Analisa univariate bermaksud untuk mendeskripsikan masing-masing variabel dengan menggunakan tabel distribusi Frekuensi di bawah ini :
1.      Paritas
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Paritas Di RSUD Bangkinang Tahun 2013
No
Paritas
Frekuensi
Persentase
1
Beresiko
38
69,09%
2
Tidak beresiko
17
30,90%

 Total
55
100
           Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa Paritas di RSUD Bangkinang sebagian besar ibu mengalami paritas yang beresiko adalah 38 (69,09%) orang.


2.      Letak Sungsang
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi  Letak Sungsang Di RSUD
                 Bangkinang Tahun 2013
No
Letak Sungsang
Frekuensi
Persentase
1
Ya
42
76,36%
2
Tidak
13
23,63%

Total 
55
100
  Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kejadian Letak Sungsang di RSUD Bangkinang sebagian besar mengalami Letak Sungsang  adalah 42 (76,365%) orang.
B.     Analisa Bivariate
Tabel 4.3 Hubungan Paritas dengan Kejadian Letak Sungsang Di RSUD Bangkinang Tahun 2013


Letak sungsang




X² 
Paritas
Ya

Tidak

Total

Hitung

N
%
N
%
N
%

Beresiko
30
54,54
8
14,54
38
69,09
20,35
Tidak beresiko
12
21,81
5
9,09
17
30.90

Total
42
76,35
13
23,63
55
99.99

            Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari  55 Ibu Bersalin di RSUD Bangkinang Tahun 2013 ibu bersalin yang paritas beresiko melahirkan letak sungsang 30 (54,54%) dan yang tidak melahirkan  paritas yang bersiko sebanyak 12 (21,81%) dan yang  beresiko dan tidak melahirkan letak sungsang sebanyak 8 (14,54%) dan yang tidak beresiko dan tidak melahirkan letak sungsang sebanyak 5 (9,09%).
             Berdasarkan hasil analisa hubungan paritas dengan kejadian letak sungsang di RSUD Bangkinang Tahun 2013 dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh X² hitung (20,35) > X² tabel (3,841) maka Ho ditolak dan dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian letak sungsang di RSUD Bangkinang Tahun 2013.





























BAB V
PEMBAHASAN


A.       Analisa Univariat
1.                       Gambaran Prevalensi Paritas Ibu di RSUD Bangkinang Tahun 2013
           Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 55  Ibu Bersalin, sebagian besar ibu mengalami paritas yang beresiko yaitu 38 (69,09%) orang.
           Berdasarkan teori dan hasil yang didapatkan dalam penelitian selain umur, jarak kehamilan, bentuk panggul ibu, riwayat kehamilan sungsang dan paritas merupakan faktor yang menyebabkan kelainan letak sungsang. Oleh karena itu Pada paritas > 3 keadaan rahim ibu sudah tidak seperti rahim yang pertama kali melahirkan sehingga ketika ibu hamil dengan paritas > 3, maka janin ibu tersebut akan lebih aktif bergerak sehingga posisi janin tersebut menjadi tidak normal dan dapat menyebabkan terjadinya letak sungsang ( cunningham F.G. 2005).
          Menurut asumsi peneliti paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah di  alami wanita tanpa memperhatikan hasil konsepsi tersebut hidup atau mati. deteksi dini paritas sangatlah penting untuk mencegah terjadinya kehamilan letak sungsang tersebut.

2.    Gambaran Prevalensi letak sungsang di RSUD Bangkinang Tahun 2013
          Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 55 Ibu besalin, sebagian besar ibu mengalami letak sungsang   sebesar 42 (76,36%) orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu bersalin di RSUD Bangkinang Tahun 2013 mengalami letak sungsang.
          Terdapat sejumlah faktor penyebab utama kematian ibu akibat perdarahan, infeksi, kelainan hipertensi dalam kehamilan, letak sungsang, dan persalinan yang lama. Letak sungsang merupakan keadaan dimana  janin terletak  memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri .
B.     Analisa Bivariate 
1.    Hubungan Paritas dengan Kejadian Letak Sungsang di RSUD Bangkinang Tahun 2013
         
       Berdasarkan hasil analisa hubungan paritas dengan kejadian letak sungsang di RSUD Bangkinang Tahun 2013 dapat diketahui bahwa ibu bersalin yang mengalami paritas 55 orang, yang melahirkan dengan letak sungsang sebesar 42 (76,36%) orang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari 55 ibu bersalin yang mengalami paritas lebih banyak melahirkan letak sungsang  yaitu sebanyak 42 orang.
           Hasil uji Chi-Square diperoleh X² hitung (20,35) > X² tabel (3,481) maka H ditolak dan dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian letak sungsang di RSUD Bangkinang Tahun 201
          Angka kejadian letak sungsang jika di hubungkan dengan paritas pada ibu maka kejadian terbanyak adalah dengan grandemultipara dibanding pada primigravida. Pada primipara (1) merupakan aman di tinjau dari sudut kematian maternal dan paritas tinggi ( > 3) mempunyai angka kejadian kehamilan letak sungsang ( Prawirohardjo,2005)
          Seorang ibu yang sering hamil ataupun melahirkan mempunyai resiko lebih tinggi di bandingkan dengan ibu yang tidak sering melahirkan, karena semakin banyak jumlah kehamilan dan jumlah kelahiran yang di alami ibu semakin tinggi resiko untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan. Kehamilan letak sungsang dapat terjadi pada ibu dengan paritas tinggi dikarenakan rahim sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan sseterusnya ( varney,2007)
         Kehamilan letak sungsang  akan meningkat kejadiannya pada ibu dengan paritas grandemultipara. Ini terjadi karena kehamilan terlalu  sering dapat menyebabkan uterus menjadi lebih luas sehingga terjadilah kehamilan letak sungsang ( manuaba,2007)
     Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Ratna Dewi (2009), berdasarkan hasil analisa uji chi-square diperoleh nilai X² hitung (41,22) > X² tabel (3,841) hal ini menunjukkan bahwa Hₒ ditolak artinya ada hubungan antara paritas dengan kejadian letak sungsang di Ambarawa Tahun 2009.




BAB VI
      PENUTUP

A.    Kesimpulan
           Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Bangkinang dengan judul “Hubungan Paritas dengan Kejadian Letak Sungsang di RSUD Bangkinang Tahun 2013”, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR di RSUD Bangkinang tahun 2013.

B.     Saran
1.      Bagi Tempat Penelitian
          Diharapkan kepada tenaga kesehatan RSUD Bangkinang dapat memberikan penyuluhan secara berkala terhadap ibu hamil tentang betapa pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai deteksi dini faktor resiko dalam kehamilan dengan bahasa yang sederhana dan menggunakan alat bantu seperti brosur, poster dalam pemberian penyuluhan kepada ibu hamil yang berkunjung ke RSUD Bangkinang.
2.      Bagi Institusi Pendidikan
         Diharapkan kepada institusi pendidikan agar lebih meningkatkan keterampilan dalam menangani kasus-kasus kebidanan serta dapat melakukan deteksi dini kepada seluruh ibu hamil terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan paritas dan letak sungsang.



3.      Bagi Peneliti Selanjutnya
         Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan atau sumber data untuk peneliti selanjutnya dan melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan paritas dengan kejadian letak sungsang.









                                                                                                                               

3 komentar:

  1. Mau tanya boleh tau daftar pustakanya ? Soalnya saya jg sedang lg ngambil penelitian sungsang..
    Trimakasih

    BalasHapus
  2. How to Play Baccarat – A Guide to Playing Baccarat - Viking
    Baccarat is a classic game of strategy worrione and luck. It's 인카지노 easy to get started when you know where deccasino to start and where to start.

    BalasHapus
  3. Playtech - Casino & Gaming | Java Web Client
    Playtech has a 속초 출장샵 comprehensive range of HTML5 and Java 서산 출장안마 Web Client products to 당진 출장안마 suit mobile platforms. With our multi-product API integration, you 안성 출장안마 can add 대전광역 출장마사지 HTML5

    BalasHapus